Hujan Mereda:
meraba kulit terjangkit
oleh rindu teramat sulit
dapat penawarnyapun cuma sedikit
tetap pada tempat dan selalu bangkit
Selasa, 28 September 2010
Jumat, 24 September 2010
Sekadar Berpikir Pendek
denkur tergusur:
Entah diam dalam sebuah kurungan
Menggali lubang untuk pulang
Aku sembilu mulai memikirkan
Jalan tepat tak kembali meradang
Petang Menggenggam:
Menguntit naluri penuh geram
memasang perangkap dipadang pendam
aku tidur penuh diam
mengangkat kepala tanda tertikam
pagi kembali berlari:
berasa arwah terbagi
menantang buas di diri
membuka lebar berjudi nadi
pungkasnya, darah perih akan mati
Entah diam dalam sebuah kurungan
Menggali lubang untuk pulang
Aku sembilu mulai memikirkan
Jalan tepat tak kembali meradang
Petang Menggenggam:
Menguntit naluri penuh geram
memasang perangkap dipadang pendam
aku tidur penuh diam
mengangkat kepala tanda tertikam
pagi kembali berlari:
berasa arwah terbagi
menantang buas di diri
membuka lebar berjudi nadi
pungkasnya, darah perih akan mati
Langganan:
Postingan (Atom)
Selasa, 28 September 2010
Hujan Mereda
Hujan Mereda:
meraba kulit terjangkit
oleh rindu teramat sulit
dapat penawarnyapun cuma sedikit
tetap pada tempat dan selalu bangkit
meraba kulit terjangkit
oleh rindu teramat sulit
dapat penawarnyapun cuma sedikit
tetap pada tempat dan selalu bangkit
Jumat, 24 September 2010
Sekadar Berpikir Pendek
denkur tergusur:
Entah diam dalam sebuah kurungan
Menggali lubang untuk pulang
Aku sembilu mulai memikirkan
Jalan tepat tak kembali meradang
Petang Menggenggam:
Menguntit naluri penuh geram
memasang perangkap dipadang pendam
aku tidur penuh diam
mengangkat kepala tanda tertikam
pagi kembali berlari:
berasa arwah terbagi
menantang buas di diri
membuka lebar berjudi nadi
pungkasnya, darah perih akan mati
Entah diam dalam sebuah kurungan
Menggali lubang untuk pulang
Aku sembilu mulai memikirkan
Jalan tepat tak kembali meradang
Petang Menggenggam:
Menguntit naluri penuh geram
memasang perangkap dipadang pendam
aku tidur penuh diam
mengangkat kepala tanda tertikam
pagi kembali berlari:
berasa arwah terbagi
menantang buas di diri
membuka lebar berjudi nadi
pungkasnya, darah perih akan mati
Langganan:
Postingan (Atom)