BADUT BERWAJAH GALAU
“Hey, badut ke sini kau....!” itu teman saya yang memanggil.
Saya adalah seorang badut. Itu kata seorang kawan agak lama tapi juga tidak begitu baru. Rian, itu lah namanya. Dia suka memanggil orang seenak perutnya sendiri. Kenapa yang saya bahas perut? Karena memang perutnya yang lebih menonjol dibanding anggota tubuhnya yang lain. Meskipun dia teman yang tidak baru dan tidak juga lama, tapi saya sering bercurhat ria kepadanya. Sekadar bercerita masalah sang pacar. Iya masalah yang sesekali muncul pada hubungan antara dua manusia yang kurang dapat saya jelaskan secara seksama.
Jelas sekali perutnya dia sendiri yang lebih dominan, tapi mengapa dia selalu saja memanggil saya dengan sebutan badut, lebih tepatnya badut galau. Galau merupakan istilah yang baru-baru ini mencuat, entah siapa yang memulai saya juga tidak tahu dan tidak mau tahu. Kembali lagi ke badut, dalam pikiran saya badut itu berasal dari dua kata yang penuh arti yaitu ‘BAdan’ dan ‘genDUT’. Jadi menurut saya badut itu adalah singkatan dari badan gendut. Pengertian yang sederhana seperti ini, badut adalah sesosok manusia yang memliki berat badan yang berlebih alias gendut. Sedangkan galau sendiri memilki arti yang sedikit susah dijelaskan. Tapi ijinkan saya untuk mencoba menguliti kata galau tersebut. Galau menurut saya adalah gabungan perasaan manusia yang terdiri atas gelisah, linglung(bingung), abnormal, dan untung-untungan. Seperti halnya badut tadi, galau juga disusun dari beberapa kata yang menjadi satu arti. Perasaan manusia yang muncul saat manusia gelisah, bingung atau linglung, merasa dirinya tidak normal dan perasaan tersebut tidak muncul secara rutin atau bisa disebut untung-untungan, itulah galau. Ya galau menurut saya tertunya.
Simpulan saya mengenai panggilan badut galau adalah seperti ini, saya adalah sesosok manusia berbadan gendut yang kadang berperasaan gelisah, suka bingung dan dinilai tidak normal. Simpulan itu sepertinya tidak cocok bagi saya yang berbadan kurus dan biasa-biasa saja. Tidak ada indikasi ke arah gemuk. Saya juga tidak merasa sering gelisah dan suka bingung. Saya merasa normal-normal saja dan merasa baik dengan diri sendiri. Pertanyaan yang belum terjawab, mengapa Rian memanggil saya Badut Galau, sedangkan saya sendiri tidak merasa seperti badut yang sedang galau?
Jujur , sebenarnya saya sendiri tidak suka disebut atau dipanggil sebagai badut, apalagi badut galau. Saking kesalnya saya bertekad untuk mempertanyakannya ke Rian. Iya, bertanya tentang julukan badut galau yang diberiknnya kepada saya.
“yan, kamu pernah lihat badut?” pertanyaan pertama dariku.
“seringlah, hampir tiap hari aku ketemu...” jawab rin sambil melirik
“yan, apakah kau pernah galau?” pertanyaan kedua.
“enggak, yang sering galau tuh temenku”
“kenapa kamu nyebut aku badut galau?” pertanyaan ketiga.
“karena kau itu temenku yang hampir tiap hari aku temui....” sambil berlalu dan pergi.
Dan sepertinya saya merasa galau medengar jawaban terakhirnya.........
Semarang, 25 Februari 2012
Sabtu, 25 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sabtu, 25 Februari 2012
BADUT BERWAJAH GALAU
BADUT BERWAJAH GALAU
“Hey, badut ke sini kau....!” itu teman saya yang memanggil.
Saya adalah seorang badut. Itu kata seorang kawan agak lama tapi juga tidak begitu baru. Rian, itu lah namanya. Dia suka memanggil orang seenak perutnya sendiri. Kenapa yang saya bahas perut? Karena memang perutnya yang lebih menonjol dibanding anggota tubuhnya yang lain. Meskipun dia teman yang tidak baru dan tidak juga lama, tapi saya sering bercurhat ria kepadanya. Sekadar bercerita masalah sang pacar. Iya masalah yang sesekali muncul pada hubungan antara dua manusia yang kurang dapat saya jelaskan secara seksama.
Jelas sekali perutnya dia sendiri yang lebih dominan, tapi mengapa dia selalu saja memanggil saya dengan sebutan badut, lebih tepatnya badut galau. Galau merupakan istilah yang baru-baru ini mencuat, entah siapa yang memulai saya juga tidak tahu dan tidak mau tahu. Kembali lagi ke badut, dalam pikiran saya badut itu berasal dari dua kata yang penuh arti yaitu ‘BAdan’ dan ‘genDUT’. Jadi menurut saya badut itu adalah singkatan dari badan gendut. Pengertian yang sederhana seperti ini, badut adalah sesosok manusia yang memliki berat badan yang berlebih alias gendut. Sedangkan galau sendiri memilki arti yang sedikit susah dijelaskan. Tapi ijinkan saya untuk mencoba menguliti kata galau tersebut. Galau menurut saya adalah gabungan perasaan manusia yang terdiri atas gelisah, linglung(bingung), abnormal, dan untung-untungan. Seperti halnya badut tadi, galau juga disusun dari beberapa kata yang menjadi satu arti. Perasaan manusia yang muncul saat manusia gelisah, bingung atau linglung, merasa dirinya tidak normal dan perasaan tersebut tidak muncul secara rutin atau bisa disebut untung-untungan, itulah galau. Ya galau menurut saya tertunya.
Simpulan saya mengenai panggilan badut galau adalah seperti ini, saya adalah sesosok manusia berbadan gendut yang kadang berperasaan gelisah, suka bingung dan dinilai tidak normal. Simpulan itu sepertinya tidak cocok bagi saya yang berbadan kurus dan biasa-biasa saja. Tidak ada indikasi ke arah gemuk. Saya juga tidak merasa sering gelisah dan suka bingung. Saya merasa normal-normal saja dan merasa baik dengan diri sendiri. Pertanyaan yang belum terjawab, mengapa Rian memanggil saya Badut Galau, sedangkan saya sendiri tidak merasa seperti badut yang sedang galau?
Jujur , sebenarnya saya sendiri tidak suka disebut atau dipanggil sebagai badut, apalagi badut galau. Saking kesalnya saya bertekad untuk mempertanyakannya ke Rian. Iya, bertanya tentang julukan badut galau yang diberiknnya kepada saya.
“yan, kamu pernah lihat badut?” pertanyaan pertama dariku.
“seringlah, hampir tiap hari aku ketemu...” jawab rin sambil melirik
“yan, apakah kau pernah galau?” pertanyaan kedua.
“enggak, yang sering galau tuh temenku”
“kenapa kamu nyebut aku badut galau?” pertanyaan ketiga.
“karena kau itu temenku yang hampir tiap hari aku temui....” sambil berlalu dan pergi.
Dan sepertinya saya merasa galau medengar jawaban terakhirnya.........
Semarang, 25 Februari 2012
“Hey, badut ke sini kau....!” itu teman saya yang memanggil.
Saya adalah seorang badut. Itu kata seorang kawan agak lama tapi juga tidak begitu baru. Rian, itu lah namanya. Dia suka memanggil orang seenak perutnya sendiri. Kenapa yang saya bahas perut? Karena memang perutnya yang lebih menonjol dibanding anggota tubuhnya yang lain. Meskipun dia teman yang tidak baru dan tidak juga lama, tapi saya sering bercurhat ria kepadanya. Sekadar bercerita masalah sang pacar. Iya masalah yang sesekali muncul pada hubungan antara dua manusia yang kurang dapat saya jelaskan secara seksama.
Jelas sekali perutnya dia sendiri yang lebih dominan, tapi mengapa dia selalu saja memanggil saya dengan sebutan badut, lebih tepatnya badut galau. Galau merupakan istilah yang baru-baru ini mencuat, entah siapa yang memulai saya juga tidak tahu dan tidak mau tahu. Kembali lagi ke badut, dalam pikiran saya badut itu berasal dari dua kata yang penuh arti yaitu ‘BAdan’ dan ‘genDUT’. Jadi menurut saya badut itu adalah singkatan dari badan gendut. Pengertian yang sederhana seperti ini, badut adalah sesosok manusia yang memliki berat badan yang berlebih alias gendut. Sedangkan galau sendiri memilki arti yang sedikit susah dijelaskan. Tapi ijinkan saya untuk mencoba menguliti kata galau tersebut. Galau menurut saya adalah gabungan perasaan manusia yang terdiri atas gelisah, linglung(bingung), abnormal, dan untung-untungan. Seperti halnya badut tadi, galau juga disusun dari beberapa kata yang menjadi satu arti. Perasaan manusia yang muncul saat manusia gelisah, bingung atau linglung, merasa dirinya tidak normal dan perasaan tersebut tidak muncul secara rutin atau bisa disebut untung-untungan, itulah galau. Ya galau menurut saya tertunya.
Simpulan saya mengenai panggilan badut galau adalah seperti ini, saya adalah sesosok manusia berbadan gendut yang kadang berperasaan gelisah, suka bingung dan dinilai tidak normal. Simpulan itu sepertinya tidak cocok bagi saya yang berbadan kurus dan biasa-biasa saja. Tidak ada indikasi ke arah gemuk. Saya juga tidak merasa sering gelisah dan suka bingung. Saya merasa normal-normal saja dan merasa baik dengan diri sendiri. Pertanyaan yang belum terjawab, mengapa Rian memanggil saya Badut Galau, sedangkan saya sendiri tidak merasa seperti badut yang sedang galau?
Jujur , sebenarnya saya sendiri tidak suka disebut atau dipanggil sebagai badut, apalagi badut galau. Saking kesalnya saya bertekad untuk mempertanyakannya ke Rian. Iya, bertanya tentang julukan badut galau yang diberiknnya kepada saya.
“yan, kamu pernah lihat badut?” pertanyaan pertama dariku.
“seringlah, hampir tiap hari aku ketemu...” jawab rin sambil melirik
“yan, apakah kau pernah galau?” pertanyaan kedua.
“enggak, yang sering galau tuh temenku”
“kenapa kamu nyebut aku badut galau?” pertanyaan ketiga.
“karena kau itu temenku yang hampir tiap hari aku temui....” sambil berlalu dan pergi.
Dan sepertinya saya merasa galau medengar jawaban terakhirnya.........
Semarang, 25 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar