Ketika kelam menundukan surya
Yang lelah di garis tabirnya
Kapankah langkah rembulan menyelinap
Di sela-sela tirai sepi
Hingga akan muncul
Binar-binar penyejuk hati sang penikmat malam
Ketika mata sayup pedih
Rasakan debu yang sengaja menusuk
Kapankah percik embun meresap teduh
Ciptakan gelora asa
Tuk menatap hati di diri seorang perasa
Ketika keluh tetesan hujan
Menambang dingin di tepi malam
Kapankah serat-serat sepotong selimut
Menutupi tipisnya sulaman ari
Di diri seorang penyair
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 19 September 2008
Penikmat Malam
Ketika kelam menundukan surya
Yang lelah di garis tabirnya
Kapankah langkah rembulan menyelinap
Di sela-sela tirai sepi
Hingga akan muncul
Binar-binar penyejuk hati sang penikmat malam
Ketika mata sayup pedih
Rasakan debu yang sengaja menusuk
Kapankah percik embun meresap teduh
Ciptakan gelora asa
Tuk menatap hati di diri seorang perasa
Ketika keluh tetesan hujan
Menambang dingin di tepi malam
Kapankah serat-serat sepotong selimut
Menutupi tipisnya sulaman ari
Di diri seorang penyair
Yang lelah di garis tabirnya
Kapankah langkah rembulan menyelinap
Di sela-sela tirai sepi
Hingga akan muncul
Binar-binar penyejuk hati sang penikmat malam
Ketika mata sayup pedih
Rasakan debu yang sengaja menusuk
Kapankah percik embun meresap teduh
Ciptakan gelora asa
Tuk menatap hati di diri seorang perasa
Ketika keluh tetesan hujan
Menambang dingin di tepi malam
Kapankah serat-serat sepotong selimut
Menutupi tipisnya sulaman ari
Di diri seorang penyair
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar