Ini malam, malam pujangga
Ruang hampa penuh gerak udara,
meraba kulit selayak sutra
Malam ini ia berhembus dari utara
Membawa rindu berlentera
Malam ini segera berlanjut,
Matapun belum kena urut,
menyangkal kantuk mulai mengerucut
Ini diam bukan karena nyali ciut
Tapi ada masalah dalam perut
Malam ini pun akhirnya hangus,
Tak peduli pagi telah tembus
dan melemparnya putus
Ia terbang menuju kemukus
Menegaskan bahwa ini sebuah siklus
Esok ini pagi dan malam pun sudah berlari
Terkekang diam membela diri
Terjerumus pada jurang beralas duri
Kini lawan sudah berganti saudara tiri
Menunjuk jalan ke arah kiri
Lantaran pagi belum memberi janji
Bunga layu terabai mati
Langit cerah tak berarti mengerti
Oh pagi merusak pagi
Lagi-lagi hilang tanpa surat dititipi
Ini belum terdengar terang.
Mabuk kepayang menanti siang,
Menanti nektar berubah matang.
Biar belang merangkul pulang,
Memikul batu penuh ilalang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 30 Desember 2011
Malam Pujangga (sedang dan setelahnya)
Ini malam, malam pujangga
Ruang hampa penuh gerak udara,
meraba kulit selayak sutra
Malam ini ia berhembus dari utara
Membawa rindu berlentera
Malam ini segera berlanjut,
Matapun belum kena urut,
menyangkal kantuk mulai mengerucut
Ini diam bukan karena nyali ciut
Tapi ada masalah dalam perut
Malam ini pun akhirnya hangus,
Tak peduli pagi telah tembus
dan melemparnya putus
Ia terbang menuju kemukus
Menegaskan bahwa ini sebuah siklus
Esok ini pagi dan malam pun sudah berlari
Terkekang diam membela diri
Terjerumus pada jurang beralas duri
Kini lawan sudah berganti saudara tiri
Menunjuk jalan ke arah kiri
Lantaran pagi belum memberi janji
Bunga layu terabai mati
Langit cerah tak berarti mengerti
Oh pagi merusak pagi
Lagi-lagi hilang tanpa surat dititipi
Ini belum terdengar terang.
Mabuk kepayang menanti siang,
Menanti nektar berubah matang.
Biar belang merangkul pulang,
Memikul batu penuh ilalang
Ruang hampa penuh gerak udara,
meraba kulit selayak sutra
Malam ini ia berhembus dari utara
Membawa rindu berlentera
Malam ini segera berlanjut,
Matapun belum kena urut,
menyangkal kantuk mulai mengerucut
Ini diam bukan karena nyali ciut
Tapi ada masalah dalam perut
Malam ini pun akhirnya hangus,
Tak peduli pagi telah tembus
dan melemparnya putus
Ia terbang menuju kemukus
Menegaskan bahwa ini sebuah siklus
Esok ini pagi dan malam pun sudah berlari
Terkekang diam membela diri
Terjerumus pada jurang beralas duri
Kini lawan sudah berganti saudara tiri
Menunjuk jalan ke arah kiri
Lantaran pagi belum memberi janji
Bunga layu terabai mati
Langit cerah tak berarti mengerti
Oh pagi merusak pagi
Lagi-lagi hilang tanpa surat dititipi
Ini belum terdengar terang.
Mabuk kepayang menanti siang,
Menanti nektar berubah matang.
Biar belang merangkul pulang,
Memikul batu penuh ilalang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar