Menagis darahku berpeluru menembus baju
Lumatan lidahku bergumul menyumpal men”jalu”
Tak beradap diriku jika tanganku menahanmu
Menangkis derik-derik pangkas tangismu
Pun jika aku berlari menghadangmu
Hanya jemu “kelu-kelu” menjamuku
Lantas,
Jika aku lari dan menutup pandanganku
Hanya rengkuh “peluh-peluh” mengampuku
Dan masih saja,
Berkutat aku dalam pikiran batu
Mengungkap perlu, bahwa kau mengingatku
Mengandangkan pilihanmu pulang padaku
Yang masih melulu ingin itu
Dan disaat pengakhiran,
Telingaku mengasuh perlahan
Menenangkan nafsu yang akan temeram
Mendengar kata-kata penuh tangisan:
“ku pergi ke negeri jiran yang kau larang”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kamis, 03 Februari 2011
Salam Tangis
Menagis darahku berpeluru menembus baju
Lumatan lidahku bergumul menyumpal men”jalu”
Tak beradap diriku jika tanganku menahanmu
Menangkis derik-derik pangkas tangismu
Pun jika aku berlari menghadangmu
Hanya jemu “kelu-kelu” menjamuku
Lantas,
Jika aku lari dan menutup pandanganku
Hanya rengkuh “peluh-peluh” mengampuku
Dan masih saja,
Berkutat aku dalam pikiran batu
Mengungkap perlu, bahwa kau mengingatku
Mengandangkan pilihanmu pulang padaku
Yang masih melulu ingin itu
Dan disaat pengakhiran,
Telingaku mengasuh perlahan
Menenangkan nafsu yang akan temeram
Mendengar kata-kata penuh tangisan:
“ku pergi ke negeri jiran yang kau larang”
Lumatan lidahku bergumul menyumpal men”jalu”
Tak beradap diriku jika tanganku menahanmu
Menangkis derik-derik pangkas tangismu
Pun jika aku berlari menghadangmu
Hanya jemu “kelu-kelu” menjamuku
Lantas,
Jika aku lari dan menutup pandanganku
Hanya rengkuh “peluh-peluh” mengampuku
Dan masih saja,
Berkutat aku dalam pikiran batu
Mengungkap perlu, bahwa kau mengingatku
Mengandangkan pilihanmu pulang padaku
Yang masih melulu ingin itu
Dan disaat pengakhiran,
Telingaku mengasuh perlahan
Menenangkan nafsu yang akan temeram
Mendengar kata-kata penuh tangisan:
“ku pergi ke negeri jiran yang kau larang”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar