Jumat, 19 September 2008

Penikmat Malam

Ketika kelam menundukan surya
Yang lelah di garis tabirnya
Kapankah langkah rembulan menyelinap
Di sela-sela tirai sepi
Hingga akan muncul
Binar-binar penyejuk hati sang penikmat malam

Ketika mata sayup pedih
Rasakan debu yang sengaja menusuk
Kapankah percik embun meresap teduh
Ciptakan gelora asa
Tuk menatap hati di diri seorang perasa

Ketika keluh tetesan hujan
Menambang dingin di tepi malam
Kapankah serat-serat sepotong selimut
Menutupi tipisnya sulaman ari
Di diri seorang penyair

Senyum Sedikit

Ku cari teka-tekiku

Ku rasa tiada hafal tentangku

Tlah ku cacah

Tlah ku pecah

Tapi tak berdarah

Lekukanku akan ku pahami

Hingga benciku berseri

Namun semua menjari

Tanpa hampa ku sadari

Ku rasa aku hanya berputar

Di roda tiada dasar

Dan tak pernah aku melirik

Mungkin hanya sedetik

Aku di sini tergelitik

Jumat, 19 September 2008

Penikmat Malam

Ketika kelam menundukan surya
Yang lelah di garis tabirnya
Kapankah langkah rembulan menyelinap
Di sela-sela tirai sepi
Hingga akan muncul
Binar-binar penyejuk hati sang penikmat malam

Ketika mata sayup pedih
Rasakan debu yang sengaja menusuk
Kapankah percik embun meresap teduh
Ciptakan gelora asa
Tuk menatap hati di diri seorang perasa

Ketika keluh tetesan hujan
Menambang dingin di tepi malam
Kapankah serat-serat sepotong selimut
Menutupi tipisnya sulaman ari
Di diri seorang penyair

Senyum Sedikit

Ku cari teka-tekiku

Ku rasa tiada hafal tentangku

Tlah ku cacah

Tlah ku pecah

Tapi tak berdarah

Lekukanku akan ku pahami

Hingga benciku berseri

Namun semua menjari

Tanpa hampa ku sadari

Ku rasa aku hanya berputar

Di roda tiada dasar

Dan tak pernah aku melirik

Mungkin hanya sedetik

Aku di sini tergelitik