Kamis, 28 Januari 2010


Pesan Suami Liar

Dalam Kumpulan Puisi “nakal”

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Pesan Suami Liar

Jawaban Istri Setia

Rona Kemukus

Ketika Tak Kuasa

Aku Berhenti dari

Pitam

Nyanyian Iblis

Hati:“Puas Sesaat”

Meng “itu”ku

Belahan Pribadi

Kisah Malam Nanti

Perampok Nyonya

Sisipan dari Luar

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Berzina dengan Mata Hati

Koleksi Nafsu

Wahyu Langgeng Prastiyo 2009

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Dan usailah penantian

Dia, dia, dia dan dia

Menurut padaku

Pada kepalsuan yang aku tawarkan

Mereka aku tawan

Dan asyiknya tak melawan

Bisa kumainkan

Sisi- sisinya perawan

Olehku sang pejantan

Tuan gila cinta yang menawan

Pesan Suami Liar

Sayang,

Malam ini aku tak pulang

Uangku ku gadaikan

Di belahan dada

Di pangkal paha

Gadis diskonan pinggir jalan

Sayang,

Nanti pagi aku baru pulang

Libidoku tertinggal

pada mamah nakal

pada tante yang sakit gatal

Butuh obat dariku yang binal

sayang,

mungkin juga besok sore aku

baru datang

isi celanaku terbawa

pada dua wanita

pada dekapan janda yang mengaku perawan desa

Sayang,

Sudah dulu,

Aku terburu nafsu

Ingin mencicipi susu

Jawaban Istri Setia

Mas,

Kapanpun kau pulang

Aku tega menendang

Burungmu yang terbang

Menempel di kembang ilalang

Mas,

Jika kau telah pulang

Aku akan racikan

Racun bisa mematikan

Ku pastikan kau merasakan

Rona Kemukus

Terlena matanya

Membungkus rona kemukus

Begitu perangainya halus

Aku mengaku,

Aku gila dalam tulus

Ketika Tak Kuasa

Kisah tragis seorang teman

Sudahi aku….

Ku telah meracun

Ku jangkitkan vaksin-vaksin kematian

Dengan tarian sperma-sperma kecilku

yang tumbuh menggerutu di rahimmu

sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari kandung kemihku

sudahi aku…

ku telah membisa

ku tuangkan liur-liur neraka

dengan bengisnya otot-otot pemaluku

yang merasuk masuk menusuk perutmu

tapi sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari tulang rusukku

Aku Berhenti dari …

Kusebar bedak-bedakku

Kuserut gincu-gincuku,

Kubuang penyangga payudaraku

Kucoba bergagah sesuai kelaminku

Kuberharap dipecat dari penjual nafsu

Pitam

Kelengkeng kecil bernoktah hitam

Menyela tenggorokan

Seketika itu pula,

Aku tersedak

Dak,

Dak,

Aku melihat

Setan itu masuk,

Membelaimu penuh nafsu

Kelemahanmu membuatku pitam

Nyanyian Iblis

Dia kubelai dengan roman-roman kemunafikan

Dengan tangan beringas bekakas kurang waras

Dia kumaki dengan sajak-sajak kemunkaran

Dengan lidah kalengan setengah terperban

Dia kutusuk dengan raut-raut kesesatan

Dengan tanduk cula belanga setan

Dia kusiksa dengan desah-desah kedzoliman

Dengan cemeti-cemeti peluntur iman

Dia akan jadikan pelapis dinding neraka

Hati:“Puas Sesaat”

Sengatanku melumpuhkan daya imaji

Menjelma raksasa syaiton menggegam tanganmu erat

Perekat meleleh putih merintih

Meminjam kenikmatan

Sepihak diantara kau dan aku,

Tak jelas mana timur dan barat

Hanya nafas yang mengerat

Seperti menggigit rusa yang jatuh sekarat

Kata dalam hati “puas sesaat”

Tak jadi lagi bila tak ada sepakat

Antara lalatmu dan kumbangku yang sering telat

Meng “itu”ku

Kemarin aku lihat “itu” diantara “itu” milikmu

Sedikit berkilau kematian,

Sedikit berbau kemesuman

Tapi cuma sebentar

“itu” nya mirip sebuah “itu” miliknya

Sedikit beda kelir dan bentuknya

Barusan aku lihat “itu” lagi di milikmu

Sedikit menggoda

Mengganga pula

Tapi lama benar

“itu”nya menarik perhatian “itu” yang milikku

Sulit mengendalikan “itu” memang

“itu”mu memang “itu”

Meng”itu”ku….

“itu”ku cuma ingin berkata:

-------“buka “itu”mu.

-------“bukalah sedikit “itu”mu

-------“sehingga “itu”ku bisa bisa melihat “itu”

Ha..ha…

Aku suka “itu” milikmu yang mengelus “itu” milikku

Belahan Pribadi

Bercabang-cabang kini pribadiku

Belahannya tak seimbang

Berat dikanan, tak ringanpun di kiri

Yang satu ingin memandangnya

Yang dua seperti ingin menamparku

Yang sana mengajakku berselimut bersama wanita

Yang sini mengajakku bersajadah bersama pria

Satu dan dua mengancam perang padaku

Menguliti sendi-sendi iman

Yang sekian lama terdiam

Dengan kesabaran sudah termakan

Kisah Malam Nanti

Selamat malam…

Perempuan dari surga dunia yang ternikmat

Mohon maaf…

Tak sengaja aku remas kesadaranmu

Terlampau haus menggila rakus

Aku terhadapmu

Mohon maaf…

Malam nanti aku ulangi

Ketajaman lidahku merayumu lagi

Dengan membuat birahimu tidur bersamaku

Berguling bergeliat diatas mantel diranjangku

Sekali lagi, mohon maaf…

Untuk perempuan bidadari khayangan

Yang meriang jika tidak diingatkan

Perampok Nyonya

Desing rampasan perampok tadi

Pesingnya kencing golok dileher nyonya

Sepusing mata-mata tajam disekitar

Dengan mengeja segala arah

Perampok tadi menyandra Anda

Nyonya,

Nyonya tua yang masih beri gairah

Tak jadi tergores kulit Anda

Nyonya,

Perampoknya tengah berliur pada Anda

Nyonya,

Ketahuilah para perampok suka Anda Nyonya,

Tinggal nyonya saja yang ingin pasrah

Pada nafsu perampok

Atau parah di tangan si golok

Sisipan dari Luar

Cek,

Cek,

Cek,

Ku beli plastik perekat

Ku pakai agak ketat

Di balik pantat

Cup,

Cup,

Cup,

Kau jangan takut

Kau bisa balut

Di dekat mulut

Cak,

Cak,

Cak,

Ku tarik sampai ke atas

Ku pegang agak panas

Di tahan pasti puas

Huh,

Hu,

Huh,

Kau jangan diam

Sepertilah kapal selam

Dan jangan bungkam

Ha,

Ha,

Ha,

Bukalah setengah

Biar ku terengah

Bebaslah pasrah

Sip,

Sip,

Sip,

Tersaji siap santap

Paling sedap

Dan akan termakan lahap

Dam,

Dam,

Dam,

Pas untukku yang tak bisa puas

Mengemas nafsu untuk tidak ikhlas

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Ngantuk, terbatuk-batuk

Terantuk gebuk-gebuk virus insomnia

Mengancam ucapan manusia disampingku

Yang mengancam memotong lidahnya untukku

Karena lidah itu mengagali jasad terbinal dalam rohku

Ku pernah relakannya untukmu, tetapi tidak untuk sekarang

Saat inilah, bedaku membuat sakau lidahmu yang semoga bisa kelu

Ketika membongkar peti di hati yang rapi dengan bungkus yang halus lurus

Menyediakan kata-kata dari hatimu memutus rangkaian keringnya dahan pengait sakit

Yang tiada akan lama lagi menyamai sisi darimu yang membayang nafas ruang hampa padaku

Sisihkan tanganmu untuk mencekikku wahai wanita malamku…

Berzina dengan Mata Hati

Berlinang-linang tangisnya meradang

Menyandang sakit yang sengaja menjepit

Mata-matanya mulai liar

Mengancam pelampiasanku sambil mengejar

Ku tolak pinta pada neraka

Sebab ku tahu kuberzina dengan mata hatinya

Yang tandus tak pernah kena urus

Aku merasa bersalah.

Pada nona di hatiku

Koleksi Nafsu

Ku hitung dari satu sabu

Dua, layaknya neraka

Tiga, sampai pada kata tega

Empat, sekarang lagi kurang sempat

Lima, rupa-rupa warnanya

Enam, memang pernah terbenam

Tujuh, pernah serasa jauh

Delapan, sering beri aku dekapan

Sembilan, rasa sembilu pernuh perlahan

Sepuluh, aduh….

Sebelas, tak ada kata puas

Dua belas, tiada kata bekas

Hmm…..

Ternyata lengkap satu dosin pelacurku…

Presentasi Menjual Diri

Dan yang mana yang terpilih?

Pekat lorong berlendir

Jentik-jentik menjadi alas

Para pemuas nafsu na’as

Mengadu hati berharap sakti

Bisa menghasilkan uang sendiri

Mereka buka belahan

Sedikit menyingkap rok bawahan

Menggoda merayap melirik centil

Seperti tak menolak jika akan dihajar kasar

Dengan catatan kantung penuh cetakan bank

Bergeser kea rah seberang

Masih sama…

Di sana hanya cermin-cermin kehidupan yang bernanah

Panjang tak kenal arah

Dan tak tahu kapan berakhir

presentasi menjual diri

WAHYU LANGGENG PRASTIYO, lahir di Grobogan, 10 Juli 1989, mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pernah menelurkan “Penikmat Malam” Kumpulan Puisi dan “Pesan Suami Liar” dalam Sebuah Antologi Puisi, Cerpen dan Drama sebagai aktualisasi dalam bersastra.

Pesan Suami Liar” Dalam Kumpulan Puisi Nakal mencoba melebarkan wilayah sastra panutan di Indonesia.

Kamis, 21 Januari 2010

Cepen sehari

pagiku penuh debu,

tak cukup buatku tersipu,

seketika kau memasung niatku,

beribukah tahun saat yang menantiku.

Siangku datang dengan mesiu,

desingkan peluru senapan bisu,

ketika kau memalsukan tanganku,

membebaniku menyambutmu


soreku terpaku menyimpan kelu,

merajam sentakan di jantungku,

ketika mau membawa abu ,

perapian dari tungku hatimu. Dan Malam membiru,

membenarkan kata angin perlahan layu,

padahal kau malu,

menjaring serpih kertasku bekas sabu

Sabtu, 02 Januari 2010

Pesan Suami Liar dalam Antlogi Puisi, Cerpen, dan Drama


Bangku Keras itu...


Bangku keras itu tegak beringas
Bangku keras itu masih waras
Padahal, kemarin...
Ku sepuhkan badanku di sana
Ku leburkan tanganku di mejanya
Berharap ilmu tumbuh dengan sendirinya
Bangku itu hanya sedikit berbekas
Bangku itu masih saja keras
Padahal, hari ini pun...
Ku benturkan kepalaku di sana
Ku kaitkan otakku di atasnya
Berharap dunia membuka dengan sendirinya
Besokpun demikian
Bangku keras itu bahkan lebih tegas
Mengawalku terpaku menimba ilmu
Di kampus semu bermerk sutera ungu


180908


Ini Kata Mahasiswa


Merdeka!
Sayup-sayup kata jujur terlontar
Ketika hanya mereka tak dihampiri pemintar
Merdeka!
Tetap bergema tanpa ragu
Ketika selembar kertas menggantikan waktu mereka satu kali
Merdeka!
Kata itu kenbali terdengar dalam hati
Ketika pengumuman menghapus waktu mereka kedua kali
Merdeka!
Sekali lagi berkumandang di batin
Ketika surat libur keluar dari kandangnya

Merdeka?
Mungkin mahasiswa hanya bisa berkata itu..
230908


Jalan Busuk !


Brak... gubrak....
Bunyi itu membengkakkan telinga
Seorang yang mengaku mahasiswa terjatuh
Ia menyalak...
Layaknya anjing galak
Tak merasa sakit, katanya...
Padahal lutut dan kepalanya bengkak..
Ia malah menoleh
Tak peduli siapapun
Kemudian,
Memaki jalan di kampusnya
Jalan busuk !!
Tapi, yang sebenarnya...
Mungkin Ia tak sabar
Untuk menghabisi orang
yang mengaku pak dekan
Dan bertanya...
Mengapa kampusku demikian berbahaya?
230908


Sarang Walet


Tercecer...
Pasir hitam tercecer....
Kulit bata mengelupas
Tongkat bambu mulai lepas
Dan besi tipis tak juga di las
Itu nyata...
Ada...
Di seberang kampusku
Mungkin itu sengaja.......
Kotak-kotak semen menjulang
Hanya bagian keterlambatan panjang
Dari bualan-bualan orang berwajah riang
Pelipur hati mahasiswa yang bimbang
Tanyakan untuk apa uang mereka?
240908

Di Bawah Langit Malam


Terlentang
Diam
Hanya memandang
Tepi-tepi langit malam
Berlian-berlian
Ku kirimi senyuman
121208



Tuan Gila Cinta yang Menawan


Dan usailah penantian
Dia, dia, dia dan dia
Menurut padaku
Pada kepalsuan yang aku tawarkan
Mereka aku tawan
Dan asyiknya tak melawan
Bisa kumainkan
Sisi- sisinya perawan
Olehku sang pejantan
Tuan gila cinta yang menawan
281108


Sepanjang Banaran-Sekaran


Pelan-pelan ku garis pinggiran jalan sakaran banaran, ku rantai kaki mengajakmu berjalan mengisi kesendirian.
Kita lalui malam yang kali ini tanpa bintang
Dengan pucuk angan yang membuat bulan bersembunyi di sudut utara lintang
Kita belah simfoni angin yang Bengal
Yang merobek perisai malam
Dengan kehangatan tatapan yang membuat para petualang malam kesal.Ku kayuh suasana riuh untuk memenangi hatimu penuh, lalu ku bacakan kisah dulu,Yang buatku pilu, berharap kau mengerti pintaku yang melulu itu, tak mau berubah.
131208


Pesan Suami Liar


Sayang,
Malam ini aku tak pulang
Uangku ku gadaikan
Di belahan dada
Di pangkal paha
Gadis diskonan pinggir jalan
Sayang,
Nanti pagi aku baru pulang
Libidoku tertinggal
pada mamah nakal
pada tante yang sakit gatal
Butuh obat dariku yang binal
sayang,
mungkin juga besok sore aku
baru datang
isi celanaku terbawa
pada dua wanita
pada dekapan janda yang mengaku perawan desa
Sayang,
Sudah dulu,
Aku terburu nafsu
Ingin mencicipi susu
111008


Jawaban Istri Setia


Mas,
Kapanpun kau pulang
Aku tega menendang
Burungmu yang terbang
Menempel di kembang ilalang
Mas,
Jika kau telah pulang
Aku akan racikan
Racun bisa mematikan
Ku pastikan kau merasakan
121008



Titah Pulang


Turun dari kayangan
mendadak ia terbang
datang,
tapi hanya diangan
ku merasa dirinya kembali
kembali menuntut mimpi
mimpi yang tiada kembali
kembali ke bidadari mimpi
kurang ia berkenan
melihat aku bosan
menunggu titahnya pulang
hanya bisa aku bilang
kembalikan hatiku yang hilang
260908


Rona Kemukus


Terlena matanya
Membungkus rona kemukus
Begitu perangainya halus
Aku mengaku,
Aku gila dalam tulus
031208


Untukmu seseorang
persembahan untuk Dahlia


Untukmu seseorang,
kata-kata tak sempat terbaca
tak sempat terucap dilisan nista
Untukmu sesorang,
bunyi-bunyi tak sempat terdengar
tak sempat tersahut daun telinga
Untukmu seseorang,
langkah-langkah tak sempat terarah
tak sempat terukur mata panah
Untukmu seseorang,
benang-benang tak sempat terenda
tak sempat terikat tali jiwa
Untukmu seseorang
isi hati yang tak sempat tercurah
tak sempat mengertimu pernah
untukmu seseorang,
jerit hatiku berkata "cinta"

290908


Kembalikan Padaku


Untuk para penguasa
Kembalikan padaku,
wahai penghuni istana semu
kepulan janjimu
makin merangkap-rangkap
tak mudah tuk ditangkap
Kembalikan amanatku
wahai para pemimpin tabu
Tekuk bijakmu
makin buatku merangkak-rangkak
tak berjalan tegak
Kembalikan hidupku
wahai tukang korup baru
rauk tangan dosamu
makin menekan sengsaraku
tak kuatku berlalu
kembalikan padaku,

260908


Lepisi


Masih waktu sahur
Adikku nonton lepisi
Sebelum dzuhur
Masih di depan lepisi
Meski pandangan kabur
Ia tetap menikmati lepisi
Mau mendengkur
Masih saja membawa lepisi
Untung acaranya sesuai umur
Kalo tidak,
Lepisi akan ku buang ke sumur
151108


Tarot Penjagal
Tarot-tarot melotot
Kemudian menggerayangi
Mencoba menarik urat malu
Dalam lambungku
Putuslah….
Tegun dan hentak kaki, sambilnya
Kemudian ku terkungkung
Nasibku tak bertentu
Dengarlah tarot-tarot menjagalku
131109


Parade Pinggir Jalan
Pameran nama di pinggir jalan
Menambah "semrawut" zaman
Yang sudah edan
Punya belakang berbeda
Kuning
Biru
Merah
Hijau
Jingga
Ada juga….
Nama calon penguasa yang rakus
Pantasnya di bungkus
Di buang ke kakus
121208



Parade Pinggir Jalan II
Sampai penuh
Sampah di jalanku
Kotak kain kecil besar warna warni
Beredar memusingkan mata ini
"ada nomornya untuk dicoblos"
"ah…paling hanya ceplas ceplos"
"Ada namanya juga loh…"
"sama saja tak dapat dipercaya "
121208








Jika Pemilu
Tak sedia Uang
Musim ini musimnya
Pemilu
Tak ada uang tak mampu
Malu
Aku tak mau tahu pemilu
Jika tak sedia uang untukku
Atas nama,
Aku,dari rakyatmu…

121208





crik....kicrik....
"crik...crik....crik....kicrik..."
"pak...dum...dum...pak...dum..."
tingkahnya tak karuan
"crik..crik..crik...kicrik..."
"pak...dum...dum....pak....dum"
nyanyian mungil mulutnya
merengek pelan
meminta uang
251108




Biang…
Sekelebat terang benderang
Penyebab nyawa melayang
aku tidur telanjang
berpacu waktu untuk pulang
masih garang parang pedang
aku takut untuk diserang
tiga kali aku mengerang
paruh waktu hanya bayang
Ku tertinggal lagi perang
karna diriku tiada biang
memang sayang.....
270908




Ajakan Mati
Aku pulang...
Serunai alam sambut hirup
persilakan nafasku hidup
Aku kembali
Rumah pohonku berseri-seri
menungguku memperbaiki
tapi tak jadi
Aku datang lagi
di petang dekat pagi
di bayang untuk pergi
aku pulang
hanya sekedar mengajak mati
300908


Di Tengah Merah
Saat di antara hidup dan mati
Secerah merah
Diambang pecah
Aku berdiri untuk cegah
dan tidur ditengah gerah
api berunggun-unggun
berduyun-duyun
sekelilingku berkobar-kobar
merah secerah merah
segeram hitam
diambang kelam
aku tenggelam diam
dan tidur tak terpejam
pasrah,
tulangku jadi abu,
bau,
251108
Ketika Tak Kuasa
Kisah tragis seorang teman
Sudahi aku….
Ku telah meracun
Ku jangkitkan vaksin-vaksin kematian
Dengan tarian sperma-sperma kecilku
yang tumbuh menggerutu di rahimmu
sebenarnya,
mereka tak ingin lepas dari kandung kemihku
sudahi aku…
ku telah membisa
ku tuangkan liur-liur neraka
dengan bengisnya otot-otot pemaluku
yang merasuk masuk menusuk perutmu
tapi sebenarnya,
mereka tak ingin lepas dari tulang rusukku
031208
Untuk Para Perempuan
Siapkan,
Siapkan,
Baju-bajuku di bawah bantal
Aku akan datang saat kau sebal
Sisihkan,
Sisihkan,
Makanan minumanku di tepi meja
Aku akan ambil saat kau terjaga
Bersihkan,
Bersihkan,
Kedua sepatuku di bawah lututku
Aku akan tinggal saat kau jenuh
Bukakan,
Bukakan,
Longgarnya celanamu di depanku
Aku akan jelajahi isinya saat kau mau
Letakkan,
Letakkan,
Telapak tanganmu di bahuku yang kanan
Aku akan pegang saat kau hilang ingatan
Biarkan,
Biarkan,
Kecup kecup sayangku di keningmu
Aku akan tambah saat kau jemu
Ingatkan,
Ingatkan,
Kelelakianku yang lupa padamu
Aku akan perbaiki hanya untukmu
Sampaikan,
Sampaikan,
Terimakasihku yang masih di lisan
Aku akan ucapkan di hatimu kemudian
Saksikan,
Saksikan,
Keperkasaanku yang haus di birahimu
Aku akan tunjukan saat kau memintaku
Rasakan,
Rasakan,
Belaian sayangku di ringkihnya hati kau punya
Aku akan lakukan selalu saat kau rasakan teraniaya

131208












Aku Masih Dikira
Orang Gila
Hujan kali ini aku sendiri
Duduk diantara dinding-dinding besi
Mencubit rumput yang menusuk kaki
Basah sendiri aku alami
Disoraki mata-mata yang mengamati
Tipis daur ulang mukaku ini
Lemparan batu seakan menguji
Betapa kering kerut tubuh ini
Yang hanya di tutup perca tak bersisi
Dan ternyata
aku masih dikira orang gila
151208


Aku Berhenti dari …
Kusebar bedak-bedakku
Kuserut gincu-gincuku,
Kubuang penyangga payudaraku
Kucoba bergagah sesuai kelaminku
Kuberharap dipecat dari penjual nafsu
131208











Lekat Waktu
Dag dig dag…
Jarum kecil di tangan berlari mengejar
Seakan aku perlu dihajar
Waktu-waktuku terlihat lekat
Buatku bersiaga untuk nekat
Ahhh…..
Bangsat….
Angka-angka itu beranjak nyata
Menimpaku buta
Menindasku tanpa berkata:
"bersiap-siaplah untuk meregang nyawa "
181208



Aku Lupa Mandi
Aku lupa mandi hari ini
Tempayan airku kosong mlompong
Mungkin sudah bolong
Sabun wangiku tinggal secuil
Ku pakai sambil menggigil
Handuk bututku melarut
Ku pakai sampai ke lutut
Bau…
Karnaku lupa membasuh tubuhku
131108




Dari Seorang Wartawan Irak
Rasakan lemparan sepatu kulitku
Tuan Bush,
Brak…..!!
Ah… ternyata tak kena mukamu
yang mirip senjata nuklir itu
ku lempar lagi yang kiri untukmu
Tuan Bush,
brak…!!
Kenapa kau menghindar?
Padahal sudah ku incar
Kepala putihmu
Yang telah memerahdarahkan
Bangsa-bangsaku…
Nantikan lagi lemparan sepatuku
Untukmu yang ketiga kali
Tuan Bush,
Lain kali,
` 171208
Pitam
Kelengkeng kecil bernoktah hitam
Menyela tenggorokan
Seketika itu pula,
Aku tersedak
Dak,
Dak,
Aku melihat
Setan itu masuk,
Membelaimu penuh nafsu
Kelemahanmu membuatku pitam
121208







Ujung Timur Jl. Merbabu

Ujung timur jalan merbabu
Sore itu
Dengan derap suara jantung
Ku lukis patung cakrawala
Ku tanam bunga kerdil disampingku
Di alas aspal setengah membatu
Petang itu
Dengan hirup lirih nafas
Ku sapu daun terbang layu
Ku matikan jenuh rasa menunggu
Tak mauku
Duduk termangu
Menunggu kau
Sayup menghinaku
231208
Nyanyian Iblis
Dia kubelai dengan roman-roman kemunafikan
Dengan tangan beringas bekakas kurang waras
Dia kumaki dengan sajak-sajak kemunkaran
Dengan lidah kalengan setengah terperban
Dia kutusuk dengan raut-raut kesesatan
Dengan tanduk cula belanga setan
Dia kusiksa dengan desah-desah kedzoliman
Dengan cemeti-cemeti peluntur iman
Dia akan jadikan pelapis dinding neraka
281208




Anak rokok
Serbuk jatuh
Gedebuk..
Mabuk
Ia ngantuk
Terpaksa batuk
Sepah serapah
Punya celah
Tertangkap ia lelah
Sapu pasrah
Ngepul asap….
Perisai mulutnya kuning
Akhirnya ia meratap
Batang tembakau
Rasanya memang sedap
Ia masih kanak
Belum bisa tahan konak
231208

Kamis, 28 Januari 2010


Pesan Suami Liar

Dalam Kumpulan Puisi “nakal”

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Pesan Suami Liar

Jawaban Istri Setia

Rona Kemukus

Ketika Tak Kuasa

Aku Berhenti dari

Pitam

Nyanyian Iblis

Hati:“Puas Sesaat”

Meng “itu”ku

Belahan Pribadi

Kisah Malam Nanti

Perampok Nyonya

Sisipan dari Luar

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Berzina dengan Mata Hati

Koleksi Nafsu

Wahyu Langgeng Prastiyo 2009

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Dan usailah penantian

Dia, dia, dia dan dia

Menurut padaku

Pada kepalsuan yang aku tawarkan

Mereka aku tawan

Dan asyiknya tak melawan

Bisa kumainkan

Sisi- sisinya perawan

Olehku sang pejantan

Tuan gila cinta yang menawan

Pesan Suami Liar

Sayang,

Malam ini aku tak pulang

Uangku ku gadaikan

Di belahan dada

Di pangkal paha

Gadis diskonan pinggir jalan

Sayang,

Nanti pagi aku baru pulang

Libidoku tertinggal

pada mamah nakal

pada tante yang sakit gatal

Butuh obat dariku yang binal

sayang,

mungkin juga besok sore aku

baru datang

isi celanaku terbawa

pada dua wanita

pada dekapan janda yang mengaku perawan desa

Sayang,

Sudah dulu,

Aku terburu nafsu

Ingin mencicipi susu

Jawaban Istri Setia

Mas,

Kapanpun kau pulang

Aku tega menendang

Burungmu yang terbang

Menempel di kembang ilalang

Mas,

Jika kau telah pulang

Aku akan racikan

Racun bisa mematikan

Ku pastikan kau merasakan

Rona Kemukus

Terlena matanya

Membungkus rona kemukus

Begitu perangainya halus

Aku mengaku,

Aku gila dalam tulus

Ketika Tak Kuasa

Kisah tragis seorang teman

Sudahi aku….

Ku telah meracun

Ku jangkitkan vaksin-vaksin kematian

Dengan tarian sperma-sperma kecilku

yang tumbuh menggerutu di rahimmu

sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari kandung kemihku

sudahi aku…

ku telah membisa

ku tuangkan liur-liur neraka

dengan bengisnya otot-otot pemaluku

yang merasuk masuk menusuk perutmu

tapi sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari tulang rusukku

Aku Berhenti dari …

Kusebar bedak-bedakku

Kuserut gincu-gincuku,

Kubuang penyangga payudaraku

Kucoba bergagah sesuai kelaminku

Kuberharap dipecat dari penjual nafsu

Pitam

Kelengkeng kecil bernoktah hitam

Menyela tenggorokan

Seketika itu pula,

Aku tersedak

Dak,

Dak,

Aku melihat

Setan itu masuk,

Membelaimu penuh nafsu

Kelemahanmu membuatku pitam

Nyanyian Iblis

Dia kubelai dengan roman-roman kemunafikan

Dengan tangan beringas bekakas kurang waras

Dia kumaki dengan sajak-sajak kemunkaran

Dengan lidah kalengan setengah terperban

Dia kutusuk dengan raut-raut kesesatan

Dengan tanduk cula belanga setan

Dia kusiksa dengan desah-desah kedzoliman

Dengan cemeti-cemeti peluntur iman

Dia akan jadikan pelapis dinding neraka

Hati:“Puas Sesaat”

Sengatanku melumpuhkan daya imaji

Menjelma raksasa syaiton menggegam tanganmu erat

Perekat meleleh putih merintih

Meminjam kenikmatan

Sepihak diantara kau dan aku,

Tak jelas mana timur dan barat

Hanya nafas yang mengerat

Seperti menggigit rusa yang jatuh sekarat

Kata dalam hati “puas sesaat”

Tak jadi lagi bila tak ada sepakat

Antara lalatmu dan kumbangku yang sering telat

Meng “itu”ku

Kemarin aku lihat “itu” diantara “itu” milikmu

Sedikit berkilau kematian,

Sedikit berbau kemesuman

Tapi cuma sebentar

“itu” nya mirip sebuah “itu” miliknya

Sedikit beda kelir dan bentuknya

Barusan aku lihat “itu” lagi di milikmu

Sedikit menggoda

Mengganga pula

Tapi lama benar

“itu”nya menarik perhatian “itu” yang milikku

Sulit mengendalikan “itu” memang

“itu”mu memang “itu”

Meng”itu”ku….

“itu”ku cuma ingin berkata:

-------“buka “itu”mu.

-------“bukalah sedikit “itu”mu

-------“sehingga “itu”ku bisa bisa melihat “itu”

Ha..ha…

Aku suka “itu” milikmu yang mengelus “itu” milikku

Belahan Pribadi

Bercabang-cabang kini pribadiku

Belahannya tak seimbang

Berat dikanan, tak ringanpun di kiri

Yang satu ingin memandangnya

Yang dua seperti ingin menamparku

Yang sana mengajakku berselimut bersama wanita

Yang sini mengajakku bersajadah bersama pria

Satu dan dua mengancam perang padaku

Menguliti sendi-sendi iman

Yang sekian lama terdiam

Dengan kesabaran sudah termakan

Kisah Malam Nanti

Selamat malam…

Perempuan dari surga dunia yang ternikmat

Mohon maaf…

Tak sengaja aku remas kesadaranmu

Terlampau haus menggila rakus

Aku terhadapmu

Mohon maaf…

Malam nanti aku ulangi

Ketajaman lidahku merayumu lagi

Dengan membuat birahimu tidur bersamaku

Berguling bergeliat diatas mantel diranjangku

Sekali lagi, mohon maaf…

Untuk perempuan bidadari khayangan

Yang meriang jika tidak diingatkan

Perampok Nyonya

Desing rampasan perampok tadi

Pesingnya kencing golok dileher nyonya

Sepusing mata-mata tajam disekitar

Dengan mengeja segala arah

Perampok tadi menyandra Anda

Nyonya,

Nyonya tua yang masih beri gairah

Tak jadi tergores kulit Anda

Nyonya,

Perampoknya tengah berliur pada Anda

Nyonya,

Ketahuilah para perampok suka Anda Nyonya,

Tinggal nyonya saja yang ingin pasrah

Pada nafsu perampok

Atau parah di tangan si golok

Sisipan dari Luar

Cek,

Cek,

Cek,

Ku beli plastik perekat

Ku pakai agak ketat

Di balik pantat

Cup,

Cup,

Cup,

Kau jangan takut

Kau bisa balut

Di dekat mulut

Cak,

Cak,

Cak,

Ku tarik sampai ke atas

Ku pegang agak panas

Di tahan pasti puas

Huh,

Hu,

Huh,

Kau jangan diam

Sepertilah kapal selam

Dan jangan bungkam

Ha,

Ha,

Ha,

Bukalah setengah

Biar ku terengah

Bebaslah pasrah

Sip,

Sip,

Sip,

Tersaji siap santap

Paling sedap

Dan akan termakan lahap

Dam,

Dam,

Dam,

Pas untukku yang tak bisa puas

Mengemas nafsu untuk tidak ikhlas

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Ngantuk, terbatuk-batuk

Terantuk gebuk-gebuk virus insomnia

Mengancam ucapan manusia disampingku

Yang mengancam memotong lidahnya untukku

Karena lidah itu mengagali jasad terbinal dalam rohku

Ku pernah relakannya untukmu, tetapi tidak untuk sekarang

Saat inilah, bedaku membuat sakau lidahmu yang semoga bisa kelu

Ketika membongkar peti di hati yang rapi dengan bungkus yang halus lurus

Menyediakan kata-kata dari hatimu memutus rangkaian keringnya dahan pengait sakit

Yang tiada akan lama lagi menyamai sisi darimu yang membayang nafas ruang hampa padaku

Sisihkan tanganmu untuk mencekikku wahai wanita malamku…

Berzina dengan Mata Hati

Berlinang-linang tangisnya meradang

Menyandang sakit yang sengaja menjepit

Mata-matanya mulai liar

Mengancam pelampiasanku sambil mengejar

Ku tolak pinta pada neraka

Sebab ku tahu kuberzina dengan mata hatinya

Yang tandus tak pernah kena urus

Aku merasa bersalah.

Pada nona di hatiku

Koleksi Nafsu

Ku hitung dari satu sabu

Dua, layaknya neraka

Tiga, sampai pada kata tega

Empat, sekarang lagi kurang sempat

Lima, rupa-rupa warnanya

Enam, memang pernah terbenam

Tujuh, pernah serasa jauh

Delapan, sering beri aku dekapan

Sembilan, rasa sembilu pernuh perlahan

Sepuluh, aduh….

Sebelas, tak ada kata puas

Dua belas, tiada kata bekas

Hmm…..

Ternyata lengkap satu dosin pelacurku…

Presentasi Menjual Diri

Dan yang mana yang terpilih?

Pekat lorong berlendir

Jentik-jentik menjadi alas

Para pemuas nafsu na’as

Mengadu hati berharap sakti

Bisa menghasilkan uang sendiri

Mereka buka belahan

Sedikit menyingkap rok bawahan

Menggoda merayap melirik centil

Seperti tak menolak jika akan dihajar kasar

Dengan catatan kantung penuh cetakan bank

Bergeser kea rah seberang

Masih sama…

Di sana hanya cermin-cermin kehidupan yang bernanah

Panjang tak kenal arah

Dan tak tahu kapan berakhir

presentasi menjual diri

WAHYU LANGGENG PRASTIYO, lahir di Grobogan, 10 Juli 1989, mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pernah menelurkan “Penikmat Malam” Kumpulan Puisi dan “Pesan Suami Liar” dalam Sebuah Antologi Puisi, Cerpen dan Drama sebagai aktualisasi dalam bersastra.

Pesan Suami Liar” Dalam Kumpulan Puisi Nakal mencoba melebarkan wilayah sastra panutan di Indonesia.

Kamis, 21 Januari 2010

Cepen sehari

pagiku penuh debu,

tak cukup buatku tersipu,

seketika kau memasung niatku,

beribukah tahun saat yang menantiku.

Siangku datang dengan mesiu,

desingkan peluru senapan bisu,

ketika kau memalsukan tanganku,

membebaniku menyambutmu


soreku terpaku menyimpan kelu,

merajam sentakan di jantungku,

ketika mau membawa abu ,

perapian dari tungku hatimu. Dan Malam membiru,

membenarkan kata angin perlahan layu,

padahal kau malu,

menjaring serpih kertasku bekas sabu

Sabtu, 02 Januari 2010

Pesan Suami Liar dalam Antlogi Puisi, Cerpen, dan Drama


Bangku Keras itu...


Bangku keras itu tegak beringas
Bangku keras itu masih waras
Padahal, kemarin...
Ku sepuhkan badanku di sana
Ku leburkan tanganku di mejanya
Berharap ilmu tumbuh dengan sendirinya
Bangku itu hanya sedikit berbekas
Bangku itu masih saja keras
Padahal, hari ini pun...
Ku benturkan kepalaku di sana
Ku kaitkan otakku di atasnya
Berharap dunia membuka dengan sendirinya
Besokpun demikian
Bangku keras itu bahkan lebih tegas
Mengawalku terpaku menimba ilmu
Di kampus semu bermerk sutera ungu


180908


Ini Kata Mahasiswa


Merdeka!
Sayup-sayup kata jujur terlontar
Ketika hanya mereka tak dihampiri pemintar
Merdeka!
Tetap bergema tanpa ragu
Ketika selembar kertas menggantikan waktu mereka satu kali
Merdeka!
Kata itu kenbali terdengar dalam hati
Ketika pengumuman menghapus waktu mereka kedua kali
Merdeka!
Sekali lagi berkumandang di batin
Ketika surat libur keluar dari kandangnya

Merdeka?
Mungkin mahasiswa hanya bisa berkata itu..
230908


Jalan Busuk !


Brak... gubrak....
Bunyi itu membengkakkan telinga
Seorang yang mengaku mahasiswa terjatuh
Ia menyalak...
Layaknya anjing galak
Tak merasa sakit, katanya...
Padahal lutut dan kepalanya bengkak..
Ia malah menoleh
Tak peduli siapapun
Kemudian,
Memaki jalan di kampusnya
Jalan busuk !!
Tapi, yang sebenarnya...
Mungkin Ia tak sabar
Untuk menghabisi orang
yang mengaku pak dekan
Dan bertanya...
Mengapa kampusku demikian berbahaya?
230908


Sarang Walet


Tercecer...
Pasir hitam tercecer....
Kulit bata mengelupas
Tongkat bambu mulai lepas
Dan besi tipis tak juga di las
Itu nyata...
Ada...
Di seberang kampusku
Mungkin itu sengaja.......
Kotak-kotak semen menjulang
Hanya bagian keterlambatan panjang
Dari bualan-bualan orang berwajah riang
Pelipur hati mahasiswa yang bimbang
Tanyakan untuk apa uang mereka?
240908

Di Bawah Langit Malam


Terlentang
Diam
Hanya memandang
Tepi-tepi langit malam
Berlian-berlian
Ku kirimi senyuman
121208



Tuan Gila Cinta yang Menawan


Dan usailah penantian
Dia, dia, dia dan dia
Menurut padaku
Pada kepalsuan yang aku tawarkan
Mereka aku tawan
Dan asyiknya tak melawan
Bisa kumainkan
Sisi- sisinya perawan
Olehku sang pejantan
Tuan gila cinta yang menawan
281108


Sepanjang Banaran-Sekaran


Pelan-pelan ku garis pinggiran jalan sakaran banaran, ku rantai kaki mengajakmu berjalan mengisi kesendirian.
Kita lalui malam yang kali ini tanpa bintang
Dengan pucuk angan yang membuat bulan bersembunyi di sudut utara lintang
Kita belah simfoni angin yang Bengal
Yang merobek perisai malam
Dengan kehangatan tatapan yang membuat para petualang malam kesal.Ku kayuh suasana riuh untuk memenangi hatimu penuh, lalu ku bacakan kisah dulu,Yang buatku pilu, berharap kau mengerti pintaku yang melulu itu, tak mau berubah.
131208


Pesan Suami Liar


Sayang,
Malam ini aku tak pulang
Uangku ku gadaikan
Di belahan dada
Di pangkal paha
Gadis diskonan pinggir jalan
Sayang,
Nanti pagi aku baru pulang
Libidoku tertinggal
pada mamah nakal
pada tante yang sakit gatal
Butuh obat dariku yang binal
sayang,
mungkin juga besok sore aku
baru datang
isi celanaku terbawa
pada dua wanita
pada dekapan janda yang mengaku perawan desa
Sayang,
Sudah dulu,
Aku terburu nafsu
Ingin mencicipi susu
111008


Jawaban Istri Setia


Mas,
Kapanpun kau pulang
Aku tega menendang
Burungmu yang terbang
Menempel di kembang ilalang
Mas,
Jika kau telah pulang
Aku akan racikan
Racun bisa mematikan
Ku pastikan kau merasakan
121008



Titah Pulang


Turun dari kayangan
mendadak ia terbang
datang,
tapi hanya diangan
ku merasa dirinya kembali
kembali menuntut mimpi
mimpi yang tiada kembali
kembali ke bidadari mimpi
kurang ia berkenan
melihat aku bosan
menunggu titahnya pulang
hanya bisa aku bilang
kembalikan hatiku yang hilang
260908


Rona Kemukus


Terlena matanya
Membungkus rona kemukus
Begitu perangainya halus
Aku mengaku,
Aku gila dalam tulus
031208


Untukmu seseorang
persembahan untuk Dahlia


Untukmu seseorang,
kata-kata tak sempat terbaca
tak sempat terucap dilisan nista
Untukmu sesorang,
bunyi-bunyi tak sempat terdengar
tak sempat tersahut daun telinga
Untukmu seseorang,
langkah-langkah tak sempat terarah
tak sempat terukur mata panah
Untukmu seseorang,
benang-benang tak sempat terenda
tak sempat terikat tali jiwa
Untukmu seseorang
isi hati yang tak sempat tercurah
tak sempat mengertimu pernah
untukmu seseorang,
jerit hatiku berkata "cinta"

290908


Kembalikan Padaku


Untuk para penguasa
Kembalikan padaku,
wahai penghuni istana semu
kepulan janjimu
makin merangkap-rangkap
tak mudah tuk ditangkap
Kembalikan amanatku
wahai para pemimpin tabu
Tekuk bijakmu
makin buatku merangkak-rangkak
tak berjalan tegak
Kembalikan hidupku
wahai tukang korup baru
rauk tangan dosamu
makin menekan sengsaraku
tak kuatku berlalu
kembalikan padaku,

260908


Lepisi


Masih waktu sahur
Adikku nonton lepisi
Sebelum dzuhur
Masih di depan lepisi
Meski pandangan kabur
Ia tetap menikmati lepisi
Mau mendengkur
Masih saja membawa lepisi
Untung acaranya sesuai umur
Kalo tidak,
Lepisi akan ku buang ke sumur
151108


Tarot Penjagal
Tarot-tarot melotot
Kemudian menggerayangi
Mencoba menarik urat malu
Dalam lambungku
Putuslah….
Tegun dan hentak kaki, sambilnya
Kemudian ku terkungkung
Nasibku tak bertentu
Dengarlah tarot-tarot menjagalku
131109


Parade Pinggir Jalan
Pameran nama di pinggir jalan
Menambah "semrawut" zaman
Yang sudah edan
Punya belakang berbeda
Kuning
Biru
Merah
Hijau
Jingga
Ada juga….
Nama calon penguasa yang rakus
Pantasnya di bungkus
Di buang ke kakus
121208



Parade Pinggir Jalan II
Sampai penuh
Sampah di jalanku
Kotak kain kecil besar warna warni
Beredar memusingkan mata ini
"ada nomornya untuk dicoblos"
"ah…paling hanya ceplas ceplos"
"Ada namanya juga loh…"
"sama saja tak dapat dipercaya "
121208








Jika Pemilu
Tak sedia Uang
Musim ini musimnya
Pemilu
Tak ada uang tak mampu
Malu
Aku tak mau tahu pemilu
Jika tak sedia uang untukku
Atas nama,
Aku,dari rakyatmu…

121208





crik....kicrik....
"crik...crik....crik....kicrik..."
"pak...dum...dum...pak...dum..."
tingkahnya tak karuan
"crik..crik..crik...kicrik..."
"pak...dum...dum....pak....dum"
nyanyian mungil mulutnya
merengek pelan
meminta uang
251108




Biang…
Sekelebat terang benderang
Penyebab nyawa melayang
aku tidur telanjang
berpacu waktu untuk pulang
masih garang parang pedang
aku takut untuk diserang
tiga kali aku mengerang
paruh waktu hanya bayang
Ku tertinggal lagi perang
karna diriku tiada biang
memang sayang.....
270908




Ajakan Mati
Aku pulang...
Serunai alam sambut hirup
persilakan nafasku hidup
Aku kembali
Rumah pohonku berseri-seri
menungguku memperbaiki
tapi tak jadi
Aku datang lagi
di petang dekat pagi
di bayang untuk pergi
aku pulang
hanya sekedar mengajak mati
300908


Di Tengah Merah
Saat di antara hidup dan mati
Secerah merah
Diambang pecah
Aku berdiri untuk cegah
dan tidur ditengah gerah
api berunggun-unggun
berduyun-duyun
sekelilingku berkobar-kobar
merah secerah merah
segeram hitam
diambang kelam
aku tenggelam diam
dan tidur tak terpejam
pasrah,
tulangku jadi abu,
bau,
251108
Ketika Tak Kuasa
Kisah tragis seorang teman
Sudahi aku….
Ku telah meracun
Ku jangkitkan vaksin-vaksin kematian
Dengan tarian sperma-sperma kecilku
yang tumbuh menggerutu di rahimmu
sebenarnya,
mereka tak ingin lepas dari kandung kemihku
sudahi aku…
ku telah membisa
ku tuangkan liur-liur neraka
dengan bengisnya otot-otot pemaluku
yang merasuk masuk menusuk perutmu
tapi sebenarnya,
mereka tak ingin lepas dari tulang rusukku
031208
Untuk Para Perempuan
Siapkan,
Siapkan,
Baju-bajuku di bawah bantal
Aku akan datang saat kau sebal
Sisihkan,
Sisihkan,
Makanan minumanku di tepi meja
Aku akan ambil saat kau terjaga
Bersihkan,
Bersihkan,
Kedua sepatuku di bawah lututku
Aku akan tinggal saat kau jenuh
Bukakan,
Bukakan,
Longgarnya celanamu di depanku
Aku akan jelajahi isinya saat kau mau
Letakkan,
Letakkan,
Telapak tanganmu di bahuku yang kanan
Aku akan pegang saat kau hilang ingatan
Biarkan,
Biarkan,
Kecup kecup sayangku di keningmu
Aku akan tambah saat kau jemu
Ingatkan,
Ingatkan,
Kelelakianku yang lupa padamu
Aku akan perbaiki hanya untukmu
Sampaikan,
Sampaikan,
Terimakasihku yang masih di lisan
Aku akan ucapkan di hatimu kemudian
Saksikan,
Saksikan,
Keperkasaanku yang haus di birahimu
Aku akan tunjukan saat kau memintaku
Rasakan,
Rasakan,
Belaian sayangku di ringkihnya hati kau punya
Aku akan lakukan selalu saat kau rasakan teraniaya

131208












Aku Masih Dikira
Orang Gila
Hujan kali ini aku sendiri
Duduk diantara dinding-dinding besi
Mencubit rumput yang menusuk kaki
Basah sendiri aku alami
Disoraki mata-mata yang mengamati
Tipis daur ulang mukaku ini
Lemparan batu seakan menguji
Betapa kering kerut tubuh ini
Yang hanya di tutup perca tak bersisi
Dan ternyata
aku masih dikira orang gila
151208


Aku Berhenti dari …
Kusebar bedak-bedakku
Kuserut gincu-gincuku,
Kubuang penyangga payudaraku
Kucoba bergagah sesuai kelaminku
Kuberharap dipecat dari penjual nafsu
131208











Lekat Waktu
Dag dig dag…
Jarum kecil di tangan berlari mengejar
Seakan aku perlu dihajar
Waktu-waktuku terlihat lekat
Buatku bersiaga untuk nekat
Ahhh…..
Bangsat….
Angka-angka itu beranjak nyata
Menimpaku buta
Menindasku tanpa berkata:
"bersiap-siaplah untuk meregang nyawa "
181208



Aku Lupa Mandi
Aku lupa mandi hari ini
Tempayan airku kosong mlompong
Mungkin sudah bolong
Sabun wangiku tinggal secuil
Ku pakai sambil menggigil
Handuk bututku melarut
Ku pakai sampai ke lutut
Bau…
Karnaku lupa membasuh tubuhku
131108




Dari Seorang Wartawan Irak
Rasakan lemparan sepatu kulitku
Tuan Bush,
Brak…..!!
Ah… ternyata tak kena mukamu
yang mirip senjata nuklir itu
ku lempar lagi yang kiri untukmu
Tuan Bush,
brak…!!
Kenapa kau menghindar?
Padahal sudah ku incar
Kepala putihmu
Yang telah memerahdarahkan
Bangsa-bangsaku…
Nantikan lagi lemparan sepatuku
Untukmu yang ketiga kali
Tuan Bush,
Lain kali,
` 171208
Pitam
Kelengkeng kecil bernoktah hitam
Menyela tenggorokan
Seketika itu pula,
Aku tersedak
Dak,
Dak,
Aku melihat
Setan itu masuk,
Membelaimu penuh nafsu
Kelemahanmu membuatku pitam
121208







Ujung Timur Jl. Merbabu

Ujung timur jalan merbabu
Sore itu
Dengan derap suara jantung
Ku lukis patung cakrawala
Ku tanam bunga kerdil disampingku
Di alas aspal setengah membatu
Petang itu
Dengan hirup lirih nafas
Ku sapu daun terbang layu
Ku matikan jenuh rasa menunggu
Tak mauku
Duduk termangu
Menunggu kau
Sayup menghinaku
231208
Nyanyian Iblis
Dia kubelai dengan roman-roman kemunafikan
Dengan tangan beringas bekakas kurang waras
Dia kumaki dengan sajak-sajak kemunkaran
Dengan lidah kalengan setengah terperban
Dia kutusuk dengan raut-raut kesesatan
Dengan tanduk cula belanga setan
Dia kusiksa dengan desah-desah kedzoliman
Dengan cemeti-cemeti peluntur iman
Dia akan jadikan pelapis dinding neraka
281208




Anak rokok
Serbuk jatuh
Gedebuk..
Mabuk
Ia ngantuk
Terpaksa batuk
Sepah serapah
Punya celah
Tertangkap ia lelah
Sapu pasrah
Ngepul asap….
Perisai mulutnya kuning
Akhirnya ia meratap
Batang tembakau
Rasanya memang sedap
Ia masih kanak
Belum bisa tahan konak
231208