Kamis, 28 Januari 2010


Pesan Suami Liar

Dalam Kumpulan Puisi “nakal”

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Pesan Suami Liar

Jawaban Istri Setia

Rona Kemukus

Ketika Tak Kuasa

Aku Berhenti dari

Pitam

Nyanyian Iblis

Hati:“Puas Sesaat”

Meng “itu”ku

Belahan Pribadi

Kisah Malam Nanti

Perampok Nyonya

Sisipan dari Luar

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Berzina dengan Mata Hati

Koleksi Nafsu

Wahyu Langgeng Prastiyo 2009

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Dan usailah penantian

Dia, dia, dia dan dia

Menurut padaku

Pada kepalsuan yang aku tawarkan

Mereka aku tawan

Dan asyiknya tak melawan

Bisa kumainkan

Sisi- sisinya perawan

Olehku sang pejantan

Tuan gila cinta yang menawan

Pesan Suami Liar

Sayang,

Malam ini aku tak pulang

Uangku ku gadaikan

Di belahan dada

Di pangkal paha

Gadis diskonan pinggir jalan

Sayang,

Nanti pagi aku baru pulang

Libidoku tertinggal

pada mamah nakal

pada tante yang sakit gatal

Butuh obat dariku yang binal

sayang,

mungkin juga besok sore aku

baru datang

isi celanaku terbawa

pada dua wanita

pada dekapan janda yang mengaku perawan desa

Sayang,

Sudah dulu,

Aku terburu nafsu

Ingin mencicipi susu

Jawaban Istri Setia

Mas,

Kapanpun kau pulang

Aku tega menendang

Burungmu yang terbang

Menempel di kembang ilalang

Mas,

Jika kau telah pulang

Aku akan racikan

Racun bisa mematikan

Ku pastikan kau merasakan

Rona Kemukus

Terlena matanya

Membungkus rona kemukus

Begitu perangainya halus

Aku mengaku,

Aku gila dalam tulus

Ketika Tak Kuasa

Kisah tragis seorang teman

Sudahi aku….

Ku telah meracun

Ku jangkitkan vaksin-vaksin kematian

Dengan tarian sperma-sperma kecilku

yang tumbuh menggerutu di rahimmu

sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari kandung kemihku

sudahi aku…

ku telah membisa

ku tuangkan liur-liur neraka

dengan bengisnya otot-otot pemaluku

yang merasuk masuk menusuk perutmu

tapi sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari tulang rusukku

Aku Berhenti dari …

Kusebar bedak-bedakku

Kuserut gincu-gincuku,

Kubuang penyangga payudaraku

Kucoba bergagah sesuai kelaminku

Kuberharap dipecat dari penjual nafsu

Pitam

Kelengkeng kecil bernoktah hitam

Menyela tenggorokan

Seketika itu pula,

Aku tersedak

Dak,

Dak,

Aku melihat

Setan itu masuk,

Membelaimu penuh nafsu

Kelemahanmu membuatku pitam

Nyanyian Iblis

Dia kubelai dengan roman-roman kemunafikan

Dengan tangan beringas bekakas kurang waras

Dia kumaki dengan sajak-sajak kemunkaran

Dengan lidah kalengan setengah terperban

Dia kutusuk dengan raut-raut kesesatan

Dengan tanduk cula belanga setan

Dia kusiksa dengan desah-desah kedzoliman

Dengan cemeti-cemeti peluntur iman

Dia akan jadikan pelapis dinding neraka

Hati:“Puas Sesaat”

Sengatanku melumpuhkan daya imaji

Menjelma raksasa syaiton menggegam tanganmu erat

Perekat meleleh putih merintih

Meminjam kenikmatan

Sepihak diantara kau dan aku,

Tak jelas mana timur dan barat

Hanya nafas yang mengerat

Seperti menggigit rusa yang jatuh sekarat

Kata dalam hati “puas sesaat”

Tak jadi lagi bila tak ada sepakat

Antara lalatmu dan kumbangku yang sering telat

Meng “itu”ku

Kemarin aku lihat “itu” diantara “itu” milikmu

Sedikit berkilau kematian,

Sedikit berbau kemesuman

Tapi cuma sebentar

“itu” nya mirip sebuah “itu” miliknya

Sedikit beda kelir dan bentuknya

Barusan aku lihat “itu” lagi di milikmu

Sedikit menggoda

Mengganga pula

Tapi lama benar

“itu”nya menarik perhatian “itu” yang milikku

Sulit mengendalikan “itu” memang

“itu”mu memang “itu”

Meng”itu”ku….

“itu”ku cuma ingin berkata:

-------“buka “itu”mu.

-------“bukalah sedikit “itu”mu

-------“sehingga “itu”ku bisa bisa melihat “itu”

Ha..ha…

Aku suka “itu” milikmu yang mengelus “itu” milikku

Belahan Pribadi

Bercabang-cabang kini pribadiku

Belahannya tak seimbang

Berat dikanan, tak ringanpun di kiri

Yang satu ingin memandangnya

Yang dua seperti ingin menamparku

Yang sana mengajakku berselimut bersama wanita

Yang sini mengajakku bersajadah bersama pria

Satu dan dua mengancam perang padaku

Menguliti sendi-sendi iman

Yang sekian lama terdiam

Dengan kesabaran sudah termakan

Kisah Malam Nanti

Selamat malam…

Perempuan dari surga dunia yang ternikmat

Mohon maaf…

Tak sengaja aku remas kesadaranmu

Terlampau haus menggila rakus

Aku terhadapmu

Mohon maaf…

Malam nanti aku ulangi

Ketajaman lidahku merayumu lagi

Dengan membuat birahimu tidur bersamaku

Berguling bergeliat diatas mantel diranjangku

Sekali lagi, mohon maaf…

Untuk perempuan bidadari khayangan

Yang meriang jika tidak diingatkan

Perampok Nyonya

Desing rampasan perampok tadi

Pesingnya kencing golok dileher nyonya

Sepusing mata-mata tajam disekitar

Dengan mengeja segala arah

Perampok tadi menyandra Anda

Nyonya,

Nyonya tua yang masih beri gairah

Tak jadi tergores kulit Anda

Nyonya,

Perampoknya tengah berliur pada Anda

Nyonya,

Ketahuilah para perampok suka Anda Nyonya,

Tinggal nyonya saja yang ingin pasrah

Pada nafsu perampok

Atau parah di tangan si golok

Sisipan dari Luar

Cek,

Cek,

Cek,

Ku beli plastik perekat

Ku pakai agak ketat

Di balik pantat

Cup,

Cup,

Cup,

Kau jangan takut

Kau bisa balut

Di dekat mulut

Cak,

Cak,

Cak,

Ku tarik sampai ke atas

Ku pegang agak panas

Di tahan pasti puas

Huh,

Hu,

Huh,

Kau jangan diam

Sepertilah kapal selam

Dan jangan bungkam

Ha,

Ha,

Ha,

Bukalah setengah

Biar ku terengah

Bebaslah pasrah

Sip,

Sip,

Sip,

Tersaji siap santap

Paling sedap

Dan akan termakan lahap

Dam,

Dam,

Dam,

Pas untukku yang tak bisa puas

Mengemas nafsu untuk tidak ikhlas

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Ngantuk, terbatuk-batuk

Terantuk gebuk-gebuk virus insomnia

Mengancam ucapan manusia disampingku

Yang mengancam memotong lidahnya untukku

Karena lidah itu mengagali jasad terbinal dalam rohku

Ku pernah relakannya untukmu, tetapi tidak untuk sekarang

Saat inilah, bedaku membuat sakau lidahmu yang semoga bisa kelu

Ketika membongkar peti di hati yang rapi dengan bungkus yang halus lurus

Menyediakan kata-kata dari hatimu memutus rangkaian keringnya dahan pengait sakit

Yang tiada akan lama lagi menyamai sisi darimu yang membayang nafas ruang hampa padaku

Sisihkan tanganmu untuk mencekikku wahai wanita malamku…

Berzina dengan Mata Hati

Berlinang-linang tangisnya meradang

Menyandang sakit yang sengaja menjepit

Mata-matanya mulai liar

Mengancam pelampiasanku sambil mengejar

Ku tolak pinta pada neraka

Sebab ku tahu kuberzina dengan mata hatinya

Yang tandus tak pernah kena urus

Aku merasa bersalah.

Pada nona di hatiku

Koleksi Nafsu

Ku hitung dari satu sabu

Dua, layaknya neraka

Tiga, sampai pada kata tega

Empat, sekarang lagi kurang sempat

Lima, rupa-rupa warnanya

Enam, memang pernah terbenam

Tujuh, pernah serasa jauh

Delapan, sering beri aku dekapan

Sembilan, rasa sembilu pernuh perlahan

Sepuluh, aduh….

Sebelas, tak ada kata puas

Dua belas, tiada kata bekas

Hmm…..

Ternyata lengkap satu dosin pelacurku…

Presentasi Menjual Diri

Dan yang mana yang terpilih?

Pekat lorong berlendir

Jentik-jentik menjadi alas

Para pemuas nafsu na’as

Mengadu hati berharap sakti

Bisa menghasilkan uang sendiri

Mereka buka belahan

Sedikit menyingkap rok bawahan

Menggoda merayap melirik centil

Seperti tak menolak jika akan dihajar kasar

Dengan catatan kantung penuh cetakan bank

Bergeser kea rah seberang

Masih sama…

Di sana hanya cermin-cermin kehidupan yang bernanah

Panjang tak kenal arah

Dan tak tahu kapan berakhir

presentasi menjual diri

WAHYU LANGGENG PRASTIYO, lahir di Grobogan, 10 Juli 1989, mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pernah menelurkan “Penikmat Malam” Kumpulan Puisi dan “Pesan Suami Liar” dalam Sebuah Antologi Puisi, Cerpen dan Drama sebagai aktualisasi dalam bersastra.

Pesan Suami Liar” Dalam Kumpulan Puisi Nakal mencoba melebarkan wilayah sastra panutan di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Kamis, 28 Januari 2010


Pesan Suami Liar

Dalam Kumpulan Puisi “nakal”

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Pesan Suami Liar

Jawaban Istri Setia

Rona Kemukus

Ketika Tak Kuasa

Aku Berhenti dari

Pitam

Nyanyian Iblis

Hati:“Puas Sesaat”

Meng “itu”ku

Belahan Pribadi

Kisah Malam Nanti

Perampok Nyonya

Sisipan dari Luar

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Berzina dengan Mata Hati

Koleksi Nafsu

Wahyu Langgeng Prastiyo 2009

Tuan Gila Cinta yang Menawan

Dan usailah penantian

Dia, dia, dia dan dia

Menurut padaku

Pada kepalsuan yang aku tawarkan

Mereka aku tawan

Dan asyiknya tak melawan

Bisa kumainkan

Sisi- sisinya perawan

Olehku sang pejantan

Tuan gila cinta yang menawan

Pesan Suami Liar

Sayang,

Malam ini aku tak pulang

Uangku ku gadaikan

Di belahan dada

Di pangkal paha

Gadis diskonan pinggir jalan

Sayang,

Nanti pagi aku baru pulang

Libidoku tertinggal

pada mamah nakal

pada tante yang sakit gatal

Butuh obat dariku yang binal

sayang,

mungkin juga besok sore aku

baru datang

isi celanaku terbawa

pada dua wanita

pada dekapan janda yang mengaku perawan desa

Sayang,

Sudah dulu,

Aku terburu nafsu

Ingin mencicipi susu

Jawaban Istri Setia

Mas,

Kapanpun kau pulang

Aku tega menendang

Burungmu yang terbang

Menempel di kembang ilalang

Mas,

Jika kau telah pulang

Aku akan racikan

Racun bisa mematikan

Ku pastikan kau merasakan

Rona Kemukus

Terlena matanya

Membungkus rona kemukus

Begitu perangainya halus

Aku mengaku,

Aku gila dalam tulus

Ketika Tak Kuasa

Kisah tragis seorang teman

Sudahi aku….

Ku telah meracun

Ku jangkitkan vaksin-vaksin kematian

Dengan tarian sperma-sperma kecilku

yang tumbuh menggerutu di rahimmu

sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari kandung kemihku

sudahi aku…

ku telah membisa

ku tuangkan liur-liur neraka

dengan bengisnya otot-otot pemaluku

yang merasuk masuk menusuk perutmu

tapi sebenarnya,

mereka tak ingin lepas dari tulang rusukku

Aku Berhenti dari …

Kusebar bedak-bedakku

Kuserut gincu-gincuku,

Kubuang penyangga payudaraku

Kucoba bergagah sesuai kelaminku

Kuberharap dipecat dari penjual nafsu

Pitam

Kelengkeng kecil bernoktah hitam

Menyela tenggorokan

Seketika itu pula,

Aku tersedak

Dak,

Dak,

Aku melihat

Setan itu masuk,

Membelaimu penuh nafsu

Kelemahanmu membuatku pitam

Nyanyian Iblis

Dia kubelai dengan roman-roman kemunafikan

Dengan tangan beringas bekakas kurang waras

Dia kumaki dengan sajak-sajak kemunkaran

Dengan lidah kalengan setengah terperban

Dia kutusuk dengan raut-raut kesesatan

Dengan tanduk cula belanga setan

Dia kusiksa dengan desah-desah kedzoliman

Dengan cemeti-cemeti peluntur iman

Dia akan jadikan pelapis dinding neraka

Hati:“Puas Sesaat”

Sengatanku melumpuhkan daya imaji

Menjelma raksasa syaiton menggegam tanganmu erat

Perekat meleleh putih merintih

Meminjam kenikmatan

Sepihak diantara kau dan aku,

Tak jelas mana timur dan barat

Hanya nafas yang mengerat

Seperti menggigit rusa yang jatuh sekarat

Kata dalam hati “puas sesaat”

Tak jadi lagi bila tak ada sepakat

Antara lalatmu dan kumbangku yang sering telat

Meng “itu”ku

Kemarin aku lihat “itu” diantara “itu” milikmu

Sedikit berkilau kematian,

Sedikit berbau kemesuman

Tapi cuma sebentar

“itu” nya mirip sebuah “itu” miliknya

Sedikit beda kelir dan bentuknya

Barusan aku lihat “itu” lagi di milikmu

Sedikit menggoda

Mengganga pula

Tapi lama benar

“itu”nya menarik perhatian “itu” yang milikku

Sulit mengendalikan “itu” memang

“itu”mu memang “itu”

Meng”itu”ku….

“itu”ku cuma ingin berkata:

-------“buka “itu”mu.

-------“bukalah sedikit “itu”mu

-------“sehingga “itu”ku bisa bisa melihat “itu”

Ha..ha…

Aku suka “itu” milikmu yang mengelus “itu” milikku

Belahan Pribadi

Bercabang-cabang kini pribadiku

Belahannya tak seimbang

Berat dikanan, tak ringanpun di kiri

Yang satu ingin memandangnya

Yang dua seperti ingin menamparku

Yang sana mengajakku berselimut bersama wanita

Yang sini mengajakku bersajadah bersama pria

Satu dan dua mengancam perang padaku

Menguliti sendi-sendi iman

Yang sekian lama terdiam

Dengan kesabaran sudah termakan

Kisah Malam Nanti

Selamat malam…

Perempuan dari surga dunia yang ternikmat

Mohon maaf…

Tak sengaja aku remas kesadaranmu

Terlampau haus menggila rakus

Aku terhadapmu

Mohon maaf…

Malam nanti aku ulangi

Ketajaman lidahku merayumu lagi

Dengan membuat birahimu tidur bersamaku

Berguling bergeliat diatas mantel diranjangku

Sekali lagi, mohon maaf…

Untuk perempuan bidadari khayangan

Yang meriang jika tidak diingatkan

Perampok Nyonya

Desing rampasan perampok tadi

Pesingnya kencing golok dileher nyonya

Sepusing mata-mata tajam disekitar

Dengan mengeja segala arah

Perampok tadi menyandra Anda

Nyonya,

Nyonya tua yang masih beri gairah

Tak jadi tergores kulit Anda

Nyonya,

Perampoknya tengah berliur pada Anda

Nyonya,

Ketahuilah para perampok suka Anda Nyonya,

Tinggal nyonya saja yang ingin pasrah

Pada nafsu perampok

Atau parah di tangan si golok

Sisipan dari Luar

Cek,

Cek,

Cek,

Ku beli plastik perekat

Ku pakai agak ketat

Di balik pantat

Cup,

Cup,

Cup,

Kau jangan takut

Kau bisa balut

Di dekat mulut

Cak,

Cak,

Cak,

Ku tarik sampai ke atas

Ku pegang agak panas

Di tahan pasti puas

Huh,

Hu,

Huh,

Kau jangan diam

Sepertilah kapal selam

Dan jangan bungkam

Ha,

Ha,

Ha,

Bukalah setengah

Biar ku terengah

Bebaslah pasrah

Sip,

Sip,

Sip,

Tersaji siap santap

Paling sedap

Dan akan termakan lahap

Dam,

Dam,

Dam,

Pas untukku yang tak bisa puas

Mengemas nafsu untuk tidak ikhlas

Sesaat Saat Sebelum Tidur

Ngantuk, terbatuk-batuk

Terantuk gebuk-gebuk virus insomnia

Mengancam ucapan manusia disampingku

Yang mengancam memotong lidahnya untukku

Karena lidah itu mengagali jasad terbinal dalam rohku

Ku pernah relakannya untukmu, tetapi tidak untuk sekarang

Saat inilah, bedaku membuat sakau lidahmu yang semoga bisa kelu

Ketika membongkar peti di hati yang rapi dengan bungkus yang halus lurus

Menyediakan kata-kata dari hatimu memutus rangkaian keringnya dahan pengait sakit

Yang tiada akan lama lagi menyamai sisi darimu yang membayang nafas ruang hampa padaku

Sisihkan tanganmu untuk mencekikku wahai wanita malamku…

Berzina dengan Mata Hati

Berlinang-linang tangisnya meradang

Menyandang sakit yang sengaja menjepit

Mata-matanya mulai liar

Mengancam pelampiasanku sambil mengejar

Ku tolak pinta pada neraka

Sebab ku tahu kuberzina dengan mata hatinya

Yang tandus tak pernah kena urus

Aku merasa bersalah.

Pada nona di hatiku

Koleksi Nafsu

Ku hitung dari satu sabu

Dua, layaknya neraka

Tiga, sampai pada kata tega

Empat, sekarang lagi kurang sempat

Lima, rupa-rupa warnanya

Enam, memang pernah terbenam

Tujuh, pernah serasa jauh

Delapan, sering beri aku dekapan

Sembilan, rasa sembilu pernuh perlahan

Sepuluh, aduh….

Sebelas, tak ada kata puas

Dua belas, tiada kata bekas

Hmm…..

Ternyata lengkap satu dosin pelacurku…

Presentasi Menjual Diri

Dan yang mana yang terpilih?

Pekat lorong berlendir

Jentik-jentik menjadi alas

Para pemuas nafsu na’as

Mengadu hati berharap sakti

Bisa menghasilkan uang sendiri

Mereka buka belahan

Sedikit menyingkap rok bawahan

Menggoda merayap melirik centil

Seperti tak menolak jika akan dihajar kasar

Dengan catatan kantung penuh cetakan bank

Bergeser kea rah seberang

Masih sama…

Di sana hanya cermin-cermin kehidupan yang bernanah

Panjang tak kenal arah

Dan tak tahu kapan berakhir

presentasi menjual diri

WAHYU LANGGENG PRASTIYO, lahir di Grobogan, 10 Juli 1989, mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pernah menelurkan “Penikmat Malam” Kumpulan Puisi dan “Pesan Suami Liar” dalam Sebuah Antologi Puisi, Cerpen dan Drama sebagai aktualisasi dalam bersastra.

Pesan Suami Liar” Dalam Kumpulan Puisi Nakal mencoba melebarkan wilayah sastra panutan di Indonesia.

Tidak ada komentar: